Suatu kali (alm) Gus Dur berkunjung ke sebuah pesantren di Probolinggo. Ia datang bersama A.S. Hikam. Kisah ini terjadi sebelum Gus Dur menjadi presiden. Selesai ceramah, Gus Dur pamit kepada kyai tuan rumah untuk meneruskan kunjungannya ke pesantren berikutnya. Sambil pamit, Gus Dur bilang, “Aku titip Hikam di sini.”
Waktu itu, A.S. Hikam belum terkenal. Sang Kyai menyangka “Hikam” adalah nama sebuah kitab. Ia pun mengiyakan begitu saja pesan Gus Dur. Begitu Gus Dur pergi, sang kyai segera mencari “kitab” itu. Dicari-cari tak juga ketemu. Akhirnya, ia mengerahkan para santri untuk mencari dimana gerangan “kitab” itu diletakkan. Kekonyolan itu baru berakhir setelah ia diberitahu oleh seorang santri yang kebetulan telah mengenal A.S. Hikam. “Oh…jadi, Hikam itu nama orang, to.”